Sample Text

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Kamis, 26 Januari 2012

Sungai Bawah Laut

Sungai Bawah Laut di Meksiko – Membaca sekilas judul diatas pasti bertanya-tanya kenapa kok ada sungai dibawah laut? Sesuatu yang mustahil untuk ditemukan di dunia fana ini. Namun hal ini terjadi adanya ketika ada penjelajahan bawah laut di Meksiko. Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya. Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak

ditemukan mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam.

cenotes-in-playa-del-carmen

67403

479561

Perencanaan Struktur Beton (Part1)

Pada postingan saya kali ini akan membahas tentang bagaimana sih caranya kita untuk merencanakan atau mendesain struktur rumah berstruktur beton yang aman??

Tapi sebelum kita langsung ke pokok permasalahan sebaiknya kita mengenal dulu dasar-dasar dari struktur beton itu sendiri. Dalam keseharian kita sering merencanakan struktur beton yang akan direncanakan itu adalah struktur beton bertulang, yang dimana disini di dalam penampang beton yang ada kita memakai tulangan baja yang fungsinya itu sendiri untuk melengkapi kekurangan yang dimiliki beton sebagai struktur penahan beban. Beton yang memiliki nilai kuat tekan yang tinggi namun beton tidak memiliki nilai kuat tarik yang sama dengan nilai kuat tekannya.

Beton hanyalah suatu material yang memiliki nilai kegetasan yang tinggi. Fungsi tulangan baja disini yang gunanya untuk menambah nilai kuat tarik dari si beton itu untuk membuat sifat beton menjadi sedikit elastis atau beton mampu memiliki nilai kuat tarik yang lebih baik dari sebelumnya.

Tulangan utama biasanya dipasang pada bagian dari struktur beton yang memiliki nilai momen lentur yang besar untuk dapat menahan gaya tarik yang ada dan bahan yang digunakan untuk membuat beton antara lain :

a. Semen

b. Air

c. Pasir

d. Kerikil

e. zat adiktif

Proses pembuatannya beton sendiri dimulai dari mencampurkan antara semen dan air yang dimana akan membentuk pasta, mencampurkan kembali pasta dengan pasir secara bersama-sama dan akan membentuk mortar, dan mortar ditambah kerikil akan membentuk beton. Namun untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang lebih spesifik dari beton normal, saat dalam bentuk beton segar beton diberi bahan tambahan.

Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian dimasukkan ke dalam suatu cetakan/begesting. Setelah beberapa saat kemudian beton segar ini akan mulai mengeras, makin lama semakin keras dan semakin besar kuat tekannya. Dan ini beberapa penjelasan tentang bahan pembentuk dari beton.

a. Semen

Semen bersama air berfungsi sebagai bahan pengikat untuk mempersatukan bahan-bahan pasir dan kerikil menjadi suatu masa yang padat dan kompak

Semen (PC:Portland Cement) diklasifikasikan dalam 5 jenis sebagai berikut :

Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang dipersyaratkan pada jenis-jenis lain.

Jenis II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.

Jenis IV : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.

Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

a. Air

Dalam pembuatan beton, air mempunyai peran yang sangat penting antara lain :

1. Untuk menjamin terjadinya proses hidrasi yang baik di dalam beton.

2. sebagai bahan pelarut, pengencer, dan pelicin agar beton dapat dikerjakan dengan baik.

Air yang dipakai untuk pembuatan beton, tidak boleh mengandung minyak, asam, garam, zat organik atau bahan yang lain yang dapat merusak beton dan baja tulangan.

Bila air yang akan dipakai tersebut diragukan kwalitasnya, maka harus diperiksa di laboratorium. Dan juga bila kita memasukkan air yang terlalu banyak atau kadar air dalam beton tinggi (F.A.S >>) maka justru akan mengurangi nilau kuat tekan dari beton itu sendiri. Kenapa??Karena dalam proses pembentukan beton terjadi proses hidrasi (menguapnya air yang ada di didalam beton). Nah kalau air yang berlebihan maka secara berangsur-angsur air akan menguap dan berubah menjadi udara. Kemudian Udara tersebut secara langsung membentuk pori-pori di dalam tubuh beton tersebut dan akan mengurangi nilai kuat tekan dari beton tersebut.

b. Pasir

Pasir merupakan bahan pengisi, meskipun demikian kwalitas pasir sangat mempengaruhi kwalitas beton.

Pasir adalah agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 5 mm. Bahan ini harus memenuhi syarat mutu seperti yang ditentukan dalam SII 0052-80 sebagai berikut:

1. Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 sampai dengan 3,80.

2. Kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 5 %.

3. Kadar zat organik ditentukan dengan larutan Na-sulfat 3%, jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua.

4. Kekerasan butir, jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir kwarsa bangka memberi angka hasil bagi tidak lebih dari 2.



5. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam Natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan bila dipakai Magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimum 15 %.

c. Kerikil

Berdasarkan besar ukuran butir, kerikil adalah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas ayakan 5 mm. Kerikil dapat berupa bahan yang diambil langsung dari alam, atau berupa batu pecah.

Ukuran besar butir maksimum kerikil tidak boleh melebihi :

1. 1/5 dari jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.

2. 1/3 dari tebal plat.

3. 3/4 dari jarak bersih minimum antara batang tulangan.

Syarat mutu kerikil yang ditetapkan menurut SII 0052-80 adalah sebagai beriku.

1. Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 sampai 7,10.

2. Kadar lumpur atau bagian butir yang lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1 %.

3. Kadar bagian yang lemah, diuji dengan goresan batang tembaga, maksimum 5 %.

4. Sifat kekal, diuji dengan larutan jenuh Natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %. Jika dipakai Magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimum 18 %.

5. Tidak bersifat reaktif dengan alkali.

6. Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20%.

d. Bahan tambah

Pemakaian bahan tambah dalam pembuatan beton mempunyai berbagai tujuan antara lain :

1. Memperbaiki mutu beton.

2. Memudahkan pengerjaan.

3. Mempercepat waktu pengikatan/pengerasan.

4. Memperlambat waktu pengikatan/pengerasan.

5. dll

1. PROPORSI CAMPURAN

Proporsi campuran yang digunakan harus berdasarkan serangkaian pengujian yang teliti agar didapat kuat desak seperti yang direncanakan untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang sesuai dengan nilai kuat tekan rencana.

2. CARA PENGUJIAN MUTU BETON

Persyaratan untuk kuat tekan f¢c harus didasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder (diameter 15 cm tinggi 30 cm) di laboratorium.

Apabila didasarkan pada nilai yang didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus dengan ukuran sisi 15 cm maka harus dilakukan konversi untuk mendapatkan f¢c dengan rumus sebagai berikut:

f¢c = 0,83 fck (dimana fck adalah kuat tekan beton, MPa, didapat dari benda uji kubus dengan ukuran sisi 15 cm).

Nilai kuat tekan f¢c harus didasarkan pada hasil pengujian benda uji pada umur 28 hari. Apabila didapat data kuat tekan pada umur sebelum 28 hari, maka untuk menentukan harga kuat tekan f¢c pada umur 28 hari, harus digunakan faktor konversi sesuai tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 1.1. Konversi perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur





Kuat tekan beton yang disyaratkan f¢c yang didapat dari nilai-nilai pemeriksaan harus dihitung dengan rumus:

f¢c = fcr – 1,64 s

dimana :

f¢c : kuat tekan, MPa

fcr : kuat tekan rata-rata, MPa

s : deviasi standar

3. SIFAT-SIFAT BETON

Sifat mekanik beton dapat diklasifikasikan menjadi :

- Sifat jangka pendek, yaitu kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, dan modulus elastisitas.

- Sifat jangka panjang, yaitu rangkak dan susut.

a. Kuat Tekan

Kuat tekan dihitung dari beban tekan maksimum yang dapat ditahan dibagi dengan luas penampang benda uji.

fc = P/A (Mpa)

dimana :

fc : kuat tekan, MPa

P : Beban tekan maksimum yang dapat ditahan, Newton

A : Luas penampang silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm, mm2

Regangan beton pada saat hancur berkisar antara 0,003 sampai 0,004, dan di dalam SNI 1991 ditetapkan 0,003 sebagai dasar analisis tampang.

b. Kuat Tarik

Kuat tarik beton ditentukan dengan percobaat belah tarik silinder beton berdasarkan ASTM – 496.

Gambar 1.2. Diagram tegangan – regangan beton

c. Kuat Geser

Kuat geser beton ditentukan berdasarkan kuat tekan yaitu:

vc = 1/6 Öf’c MPa

dimana :

vc : Kuat geser, MPa

f’c : Kuat tekan, MPa

d. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton diambil berdasarkan kuat tekan beton yaitu :

Ec = 4700 Öf’c MPa

dimana : Ec : Modulus elastisitas, MPa

f’c : Kuat tekan, MPa

Modulus elastisitas ini merupakan kemiringan garis singgung dari diagram tegangan-regangan. Biasanya modulus sekan pada 0,5 f’c diambil sebagai modulus elastisitas.

e. Rangkak

Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja.

f. Susut

Susut adalah berkurangnya volume elemen beton dan ada dua macam yaitu susut plastis (susut yang terjadi beberapa jam setelah beton di tempatkan pada cetakan) dan susut pengeringan yang dikarenakan kehilangan uap air

Mengenal Gempa Bumi dan Tsunami

Source : doddys.files.wordpress.com

Gempa bumi saat ini menjadi sangat familiar untuk para engineer di Indonesia. Besarnya intensitas dan kualitas dari gempa tersebut yang kemudian seluruh civil engineer terutama, harus selalu memberikan perhatian yang lebih kepada gempa bumi. Tidak sedikit masyarakat yang ketika terjadi gempa berskala besar langsung mengasumsikan juga bahwa dalam waktu dekat setelah gempa terjadi akan muncul gemlombang laut tinggi yang sering disebut tsunami. Terutama setelah gempa Aceh pada 26
Desember 2004 lau. Sebenarnya apa sih penyebab terjadinya gempa bumi dan apa sih penyebab dan ciri-ciri bahwa akan terjadi tsunami?

 

Penyebab terjadinya gempa bumi sendiri gempa bumi ada lima, yaitu: Pertama karena pergerakan magma dalam gunung
berapi yang aktif dan biasa disebut gempa vulkanik. Kedua karena pergeseran lempeng-lempeng
bumi yang bergerak saling bertabrakan, bergeser atau menjauh dan gempa tektonik ini yang sering terjadi dan menghasilkan gempa dengan skala ritcher yang cukup besar (gempa tektonik). Ketiga karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam. Contoh kasusnya adalah Dam Karibia di Zambia, Afrika. Keempat karena
injeksi atau akstraksi cairan dari dan ke dalam bumi. Contoh kasusnya biasanya
terjadi pada beberapa pembangkit tenaga listrik panas bumi. Kelima, disebabkan
oleh bahan peledak atau disebabkan oleh manusia (seismitas terinduksi).



Umumnya di Indonesia sendiri gempa pada dua tipe pertamalah yang banyak terjadi yaitu akibat pergerakan lempeng bumi (tektonik) dan gempa akibat aktifnya gunung berapi. Namun penyebab gempa bumi yang paling sering adalah karena pergeseran lempengan bumi
(Tektonik). Gempa tektonik terjadi karena gerakan dari berbagai lempengan bumi
baik besar maupun kecil yang membentuk kerak bumi. Lapisan kerak bumi yang
keras menjadi genting (lunak) dan akhirnya bergerak. Teori dari “Tektonik
Plate” menjelaskan, bumi terdiri atas beberapa lapisan batuan. Sebagian besar
area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju.
Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu
sama lainnya. Hampir sebagian besar gempa tektonik terjadi di perbatasan antara
lempengan-lempengan pembentuk kerak bumi tersebut, seperti di lingkaran
Pasifik. Kegiatan zone subduksi atau area tumbukan lempeng memegang
peranan hampir 50 persen dari peristiwa seismik yang terjadi. Kegiatan zone
subduksi ini terkonsentrasi di daerah yang dinamakan lingkaran api (ring of
fire), sebuah pita sempit yang panjangnya sekitar 38.600 km. Panjang pita ini
membentang dari Selandia Baru-Indonesia-Jepang-hingga Amerika Selatan.




Pada gempa Bengkulu sudut penunjamannya landai. Jadi untuk menimbulkan tsunami
butuh energi yang lebih besar. Titik pusatnya hanya 10 km di bawah permukaan
laut, sehingga belum mencapai lantai samudera.











Source : nak4michi.blogspot.com

Tsunami sendiri merupakan istilah dalam bahasa Jepang. Menyatakan suatu
gelombang laut yang terjadi akibat gempa bumi tektonik di dasar laut. Magnitudo
Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan
tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24
meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter
dari garis pantai. Tsunami terbesar sepanjang sejarah Indonesia sendiri yaitu saat 26 Desember 2004 lalu. Peristiwa tersebut yang telah menewaskan 220 ribu jiwa yang menghuni sepanjang pesisir Samudera Hindia ini menimbulkan trauma dunia yang sangat dalam. Mengapa gempa berkekuatan 9,3 skala richter ini diikuti tsunami sedangkan gempa 12 September 2007 di Bengkulu kemarin tidak? Padahal pusat gempa sama-sama di laut dan kedalamannya dangkal. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan ketajaman tumbukan


Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi Tsunami
sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat
gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik.



 


Ciri-ciri bahwa akan terjadinya tsunami sendiri biasanya terjadi dalam rentang 3-60 menit setelah gempa. Ditandai
dengan surutnya air laut secara mendadak dan tidak terduga, terbangnya puluhan bahkan mungkin ratusan
burung-burung laut ke arah daratan. Selain itu juga akan tercium bau garam.



Tidak semua gempa tektonik di dasar laut menyebabkan tsunami. Banyak faktor yang dijadikan acuan untuk mengetahui penyebab. Seperti kekuatan dan kedalaman pusat gempa. Karena itu bila
dalam rentang waktu satu jam setelah gempa, kamu tak melihat tanda-tanda
seperti di atas, yakinlah bahwa kita masih selamat dan tidak ada tsunami. Jadi jangan karena gempa besar terjadi dan banyak massa yang mengumandangkan bahwa akan terjadi tsunami, kemudian kita ikut terhasut. Cobalah untuk terus memantau berita yang ada lewat radio, karena saat gempa terjadi sumber berita yang biusa didapat hanya melalui radio. Untuk mengetahui bagaimana PERENCANAAN DALAM MEMBERIKAN BEBAN GEMPA dapat dilihat pada arikelnya langsung. Sekian, semoga memberikan inspirasi.

Teknologi Bambu Plester untuk Rumah Ramah Lingkungan


Indonesia yang semakin pesat dan berkembang yang kemudian menuntut untuk menciptakan kreasi-kreasi teknologi yang semakin maju. Masyarakat yang sering menggunakan teknologi beton yang semakin lama material yang dibutuhkan untuk membuat beton itu sendiri. Material yang ada pun semakin lama akan berkurang, namun material yang ada pun tidak bertambah. Meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk membutuhkan material yang semakin lama-semakin berkurang sehingga semakin bertambahnay hari yang ada, material bangunan akan semakin mahal dan jarang

Teknologi yang tersedia pun tidak cuman teknologi beton. Masih ada beberapa teknologi yang dapat diaplikasikan untuk menjadi material utama dalam komponen elemen struktur. Seperti materal baja, kayu atau material komposit (Campuran). Untuk masyarakat awam saja yang lebih mengenal teknologi beton dan seringnya hanya menggunakan campuran untuk beton (istilah awam : cor) dengan rasio perbandingan semen:pasir:kerikil yaitu 1:2:3. Masih untung ketika sang pemborong berpengalaman sehingga dalam mencampurkan air ke dalam campuran dalam batas wajar. Tidak jarang, saya menemukan campuran beton yang umumnya harus lebih keras dan padat daripada plesteran, namun memiliki tekstur dan bentuk hasil yang persis dengan plesteran (sehingga tidak jarang tulangan/besi yang ada di elemen struktur nampak), walaupun kejadian tersebut saya cuman melihat di beberapa rumah teman-teman saya non-civil engineer yang dalam proses pembuatan/konstruksi. Mungkin kalau saya berbicara tentang beberapa kekurangan-kekurangan yang sering terjadi pada proses konstruksi kecil-kecilan (segala proses konstruksi yang tidak dikelola oleh perusahaan professional/besar) yang sering hanya dilakukan oleh banyak pemborong-pemborong tidaklah cukup. Untuk masalah tersebut mungkin ketika ada waktu dan pengalaman yang lebih dapat saya peroleh ketika lulus nanti akan lebih baik karena saya telah melakukan praktek di lapangan (setidaknya).


Source :http://bamboocentral.org


Untuk kesempatan ini, saya akan lebih menerangkan tentang suatu teknologi yang belumm terkenal seperti teknologi beton. Teknologi bambu plester merupakan teknologi yang sudah lama, tetapi masih belum terlalu popular di Indonesia. Bentuk pemikiran masyarakat yang memandang bambu sebagai material untuk kalangan "orang-orang miskin" sering mengurungkan niat untuk memakai bambu sebagai material. Namun, kini sudah tidak lagi. Teknologi bambu plester sendiri sudah dapat menutupi kekurangan tersebut. Pemakaian bambu sebagai tulangan pembentuk yang kemudian bambu tersebut ditutupi oleh plesteran/acian (campuran semen:pasir) yang meningkatkan estetika dari ordinary house.
Selain dari ramah lingkungan karena menggunakan material re-newable, teknologi ini juga murah dan memiliki berat volume yang kecil untuk penggunanaannya sebagai dinding. Kelebihannya dari teknologi ini sebenarnya banyak dan sudah dijumpai dari artikel lainnya yang ada. Namun, untuk kelemahannya sendiri-teknologi bambu ini masih belum memiliki standar dalam pemakaian bambu yang baik dan optimum yang mana diatur dalam peraturan Standar Nasional Indonesia (Mungkin sudah ada, namun saya belum mengetahuinya.:D)
Karena penggunaan bambu yang merupakan material hidup yang mana dalam prosesnya sangat dapat dipengaruhi oleh cuaca alam, seharusnya membutuhkan standar-standar yang ditetapkan untuk menjaga para pemakai untuk dapat digunakan secara aman. Kekurangannya yaitu tidak adanya ketentuan yang pasti berapa lama umur layan yang mampu ditentukan untuk pemakaian teknologi bambu plester ini. Tapi untuk batas waktu 10 tahun, kemungkinan besar masih mampu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada artikel yang dipublish oleh bapak Andry Widyowijatnoko dan bapak Mustakim dari ITB berikut (source : http://bamboocentral.org). Atau untuk artikel mengenai harga dari prose konstruksi penggunaan teknologi bambu plester untuk konstruksi rumah sederhana dapat dilihat disini (source: http://detik.com). Semoga memberikan sedikit inspirasi tentang green engineer!

mekanisme tumpu pada sambungan

Biasanya judul dan isi adalah sama, jika di atas tertulis tentang “mekanisme tumpu pada sambungan” maka materi selanjutnya adalah penjelasan tentangnya. Tetapi kali ini agak berbeda, saya ingin mendapatkan masukan dari pembaca blog ini, karena saya tahu mayoritas pembacanya adalah mahasiswa atau alumni dari jurusan teknik sipil. Jadi tidak salah jika saya ingin tahu dari mereka tentang isi judul di atas.

 

Ini penting karena setahu saya, materi struktur baja di jurusan teknik sipil adalah minimal 4 sks, yaitu struktur baja 1 dan struktur baja 2. Bahkan di jurusan teknik sipil UPH mendapat 7 sks, yaitu struktur baja 1 (2 sks), struktur baja 2 (3 sks) dan struktur baja 3 (2 sks). Di level S2 juga minimal 2 sks atau bahkan ada yang memberi bobot 3 sks. Jadi seorang sarjana teknik sipil dan juga magister teknik sipil mestinya telah mendapat pembekalan yang cukup tentang materi struktur baja.

Oleh karena itu saya juga heran jika seorang magister teknik sipil masih saja bertanya tentang hal ini :
pak wir, saya baca dari blog bapak, ada kalimat bapak begini

dari blog:

http://wiryanto.wordpress.com/2010/02/25/semuanya-las-kapan-pakai-bautnya/

Jika tanpa pretensioning khusus, yaitu baut cukup dikencangkan pada kondisi Snug to Tight (pakai kunci biasa sekuat rata-rata tenaga seorang pekerja) maka mekanisme yang dapat diharapkan adalah mekanisme tumpu.

pak, mengenai teknik pengencangan tanpa kunci torque, yaitu dgn kencang pas tenaga manusia, mekanisme yang diharapkan adalah tumpu. kira-kira literatur atau teori yang mendukung pendapat ini, dari buku apa ya pak?

makasih pak.

Pertanyaannya adalah apakah materi di atas tidak pernah diungkapkan dalam perkuliahan struktur baja yang ada. Jika tidak diberikan, lalu apa yang dibahas pada perkuliahan baja yang ada.

Membaca pertanyaan di atas saya jadi ingat komentar ibu Lanny Hidayat, pakar jembatan dari PU, yang pernah mengungkapkan bahwa anak-anak lulusan sekarang belum tentu tahu mekanisme slip kritis dan bedanya dengan mekanisme tumpu pada baut mutu tinggi. Padahal sambungan baut mutu tinggi dengan mekanisme slip kritis adalah sangat penting bagi struktur jembatan yang rawan fatig. Untuk gedung memang tidak pernah dikenal penggunaannya, karena ribet, mahal dan perlu pengawasan ketat. Padahal dampaknya tidak signifikan. Jadi jika digunakan mekanisme slip kritis untuk gedung maka itu adalah sesuatu yang memboroskan.

Mohon saya diberi masukan yang jujur, karena siapa tahu saya berminat untuk mengisi literatur tentang hal-hal tersebut. Siapa tahu.

struktur menurut arsitek

Kata “struktur” ternyata mempunyai pengertian berbeda diantara satu profesi tertentu dengan profesi lainnya. Adapun pengertian awam, sebagaimana terdapat pada “struktur kalimatnya tidak jelas“, tentu akan diartikan pada susunan tata kalimat. Bagi seorang pemrogram komputer kelihatannya masih diartikan pada hal yang sama, seperti misalnya pada “struktur data“. Itu masih dapat dikaitkan dengan susunan data dan perintah yang mengikuti aturan tertentu untuk memudahkan pengelolaan dalam pemrograman komputer. Pada bidang manajemenpun demikian juga, lihat saja tentang “struktur organisasi“, tentu masih ok juga, jika dikaitkan dengan susunan organisasi dan yang terkait.

Jadi bagi awam, kata struktur tersebut kira-kira dapat diartikan dengan kata susunan, atau yang seperti itulah. Bahkan jika digunakan pada kata struktur bangunan maka rasanya juga masih wajar jika hal itu dikaitkan dengan susunan bangunan tersebut. Pokoknya nggak anehlah jika kata susunan bisa digunakan untuk mengartikan kata struktur.

Dengan pemahaman seperti itu, lalu ketemu orang atau tepatnya insinyur yang mengaku keahliannya di bidang struktur, maka wajarlah jika timbul pertanyaan: “apa yang sebenarnya dipahami dengan keahlian tersebut ? “

 

Ahli struktur !

Rasanya masih banyak orang yang tidak memahami secara benar, apa artinya itu. Tentu akan berbeda jika dibandingkan dengan ahli pesawat atau ahli mesin. Pastilah orang akan membayangkan bahwa itu dapat dikaitkan dengan profesi insinyur. Karena struktur juga bisa dikaitkan dengan hal yang umum, maka tentu tidak banyak yang berpendapat jika ahli struktur itu juga dikaitkan dengan profesi insinyur.

Jika anda berpendapat bahwa ahli struktur itu juga insinyur maka bersyukurlah, karena bagaimanapun anda termasuk yang istimewa, yang sedikit itu. :)

Pengertian ahli struktur disini umumnya terkait dengan bidang keilmuan yang orang luar sana menyebutnya sebagai “structural engineering“, dibahasa- Indonesia-kan menjadi “rekayasa struktur”. Jadi orang yang menguasai keahlian tersebut adalah ahli rekayasa struktur, karena panjang biasanya cukup disingkat sebagai ahli struktur. Jika demikian, tentu akan berbeda pengertiannya dengan uraian saya di depan tadi.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang ahli struktur tersebut, ada baiknya kita mengambil rujukan dari Wikipedia sebagai berikut :
Structural engineering is a field of engineering dealing with the analysis and design of structures that support or resist loads. Structural engineering is usually considered a specialty within civil engineering, but it can also be studied in its own right. Structural engineers are most commonly involved in the design of buildings and large nonbuilding structures but they can also be involved in the design of machinery, medical equipment, vehicles or any item where structural integrity affects the item’s function or safety. Structural engineers must ensure their designs satisfy given design criteria, predicated on safety (e.g. structures must not collapse without due warning) or serviceability and performance (e.g. building sway must not cause discomfort to the occupants). Buildings are made to endure massive loads as well as changing climate and natural disasters.

Structural engineering theory is based upon physical laws and empirical knowledge of the structural performance of different landscapes and materials. Structural engineering design utilises a relatively small number of basic structural elements to build up structural systems that can be very complex. Structural engineers are responsible for making creative and efficient use of funds, structural elements and materials to achieve these goals.

Saya secara pribadi menyukai dengan pengertian yang disampaikan Wikipedia di atas. Dengan pengertian seperti itu, maka rasanya ada kebanggaan tersendiri jika mendapat sebutan sebagai ahli struktur, khususnya jika dibandingkan dengan sebutan ahli teknik sipil. Maklum, pada ijazah formal disebutnya sebagai sarjana/magister/doktor teknik sipil.

Eh pak Wir itu khan hanya bisa-bisanya bapak saja. Emangnya structural engineering suatu bidang ilmu yang khusus, khan hanya bagian dari civil engineering saja.

Oi, masih belum saja percaya. Di Indonesia memang begitu, belum ada orang atau kelompok orang yang secara fokus menggawangi bidang ilmu tersebut. Tetapi di dunia barat, karena begitu banyaknya orang yang terjun pada bidang tersebut, menggelutinya dan yang jelas memahaminya sebagai sesuatu kekhususan tertentu bahkan sampai menyediakan jurnal-jurnal ilmiah khusus di bidang tersebut. Tahu sendiri khan, jurnal ilmiah adalah sarana aktualisasi diri para ahli tersebut. Dengan adanya jurnal ilmiah tersebut, profesi mereka berkembang secara profesional. Khan beda di sini, kebanyakan ahli-ahli struktur nggak suka mengisi atau menulis di jurnal, aktualisasi mereka terwujud pada proyek-proyek konstruksi.

Jika ingin tahu perkembangan ilmu rekayasa struktur atau structural engineering ada baiknya anda melihat jurnal-junal ilmiah berikut :

Bahkan ada website khusus yang mendaftarkan berbagai publikasi yang berhubungan dengan bidang struktur tersebut, di sini. Jika anda baca dan telusuri itu semua, pasti anda mendapat keyakinan bahwa ilmu rekayasa struktur yang dipelajari dan digeluti oleh ahli-ahli struktur tersebut merupakan suatu cabang ilmu yang penting dan bersifat mandiri, bahkan keberadaannya tidak dapat dengan mudah digantikan oleh ahli-ahli lainnya.

Keahlian di bidang rekayasa struktur (ahli struktur) menurutku tidak kalah membanggakan pula dibanding dengan keahlian seorang ahli bedah (dokter) sekalipun. Bahkan pada satu sisi tertentu ahli struktur lebih unggul, maklum yang namanya ahli bedah maka pekerjaannya hanya menyangkut kehidupan seseorang saja, tepatnya satu orang pasien yang ditanganinya. Jika sudah selesai, baru pasien berikutnya yang ditangani. Lain tentunya dengan ahli struktur, hasil pekerjaannya bisa menyangkut kehidupan banyak orang sekaligus, tidak harus satu-persatu sifatnya. Kata lain yang lebih tepat adalah bahwa keahliannya menyangkut keselamatan hidup banyak orang. Apa itu tidak lebih penting.

Untuk memahami betapa pentingnya kompetensi ahli struktur, lihatlah apa yang terjadi dengan jembatan Kutai Kartanagara (Kukar) yang baru saja runtuh tersebut. Maklum, keruntuhan yang terjadi bukan karena gempa, atau banjir atau kejadian alam, tetapi karena cara penanganan yang tidak tepat. Bukankah itu dapat menunjukkan bahwa suatu jembatan yang tidak ditangani oleh ahli yang berkompentensi baik dapat mempengaruhi langsung kekuatannya, ketika terjadi keruntuhan maka itu akan menyebabkan hilangnya keselamatan banyak orang. Banyak yang mati, begitulah.

Tentu akan berbeda, jika penanganan jembatan tersebut dapat ditangani oleh team ahli struktur yang tepat, tentu tidak akan terjadi kondisi keruntuhan yang membahayakan seperti itu. Tapi maklum, kebanyakan awam juga tidak mengetahui atau memahami bahwa betapa pentingnya keahlian rekayasa struktur yang menyangkut keselamatan orang banyak. Tentang hal itu ada yang menarik perhatian dari acara yang aku hadiri kemarin, sampai-sampai ada dosen dengan latar belakang ahli bedah yang dapat merasa jumawa berbicara di depan publik yang mengatakan bahwa karena keahliannya itu pula maka gajinya sebagai dosen wajar jika lebih tinggi daripada rekan dosen dengan keahlian yang lain.

Iri ya pak ?

O nggak dik, hanya prihatin. Maklum hidup di institusi pendidikan yang mengedepankan kasih dan pelayanan untuk kemuliaan nama Tuhan, eh ternyata di dalamnya ada yang dapat berbangga hati mengkaitkan keahliannya mengobati pasien dengan besarnya duit yang diterimanya. Ngono yo ngono, tapi ojo ngono. Itu adalah pepatah jawa yang artinya, begitu ya begitu, tapi jangan begitulah. Nggak usah diomongkanlah di depan publik, kesannya negatif. Maklum pernyataannya juga bisa diartikan bahwa hanya profesinya sajalah yang paling tepat untuk mendapatkan gaji paling besar. Padahal tujuan utama profesinya itu bukankah untuk dapat menolong orang (pasien). Bagaimana nanti jika ketemu pasien yang tidak mampu, apakah memang sudah dibekali dengan ilmu “menolak pasien tidak mampu” juga. Jika demikian, bagaimanakah kaitannya dengan kasih dan pelayanan untuk kemuliaan Tuhan tersebut. << prihatin mode on >>

Jika demikian, maka duitlah yang menjadi tujuan. Kemudian, bagaimana bisa disebut bahwa profesi dokter (ahli bedah) adalah mulia. Itu khan tidak berbeda dengan pedagang atau semacamnya itu, yang memang tujuan utamanya adalah keuntungan belaka. Yah bagaimana lagi, berbangga terhadap profesi yang digelutinya memang berbeda-beda cara orang mengungkapkannya. Sudahlah, mari kita lanjut ke “struktur” lagi.

Tempo hari di lobby Gedung B, apakah bapak juga telah melihat maket-maket susunan (struktur) bangunan yang dipamerkan ?

O iya. Tentu dong. Kalau tidak salah itu merupakan unjuk kerja mahasiswa-mahasiswa jurusan arsitektur, untuk menunjukkan ilmu yang mereka pelajari selama di semester tersebut. Maket yang dipamerkan itu adalah semacam tugas besar, begitulah.

Sebagai peng-hobby fotografy bahkan saya sempat mengambil gambar-gambarnya, sebagaimana terlihat pada foto-foto berikut :



















Menarik bukan.

Pembuatan maket seperti di atas, merupakan salah satu kelebihan dari pembelajaran yang dilaksanakan di jurusan arsitektur dibanding di jurusan teknik sipil pada umumnya. Maklum sepengetahuan saya, rasa-rasanya pembuatan maket seperti di atas tidak pernah dijumpai selama menempuh pendidikan di bidang rekayasa teknik sipil selama ini, khususnya di Indonesia.

Kalaupun ada yang mirip tapi bukan buatan mahasiswa, adalah tersedianya prototipe sambungan kayu di Lab Konstruksi Kayu di UGM, di Yogyakarta, sekitar tahun 1986 – 1988. Waktu itu penanggung-jawab Lab tersebut adalah bapak Ir. RJB. Soehendrodjati. Selain itu, kelihatannya tidak ada yang dapat ditampilkan di bidang ilmu rekayasa struktur. Paling-paling hanya poster gambar struktur atau diajak masuk ke lab struktur. Itupun jika punya alat uji tarik (UTM) yang dapat dibanggakan. Maklum harganya sangat mahal, jadi di tempatkupun alat seperti itu (UTM) nggak ada.

Lho emangnya penting pak, pembuatan paket tersebut.

Pembuatan maket dapat membantu orang awam memahami visualisasi ruang secara lebih baik dari karya-karya ciptaannya. Sedangkan bagi perencananya sendiri, bukanlah sesuatu yang mutlak membantu. Itu tergantung dari orang-orangnya, dari kuat tidaknya kemampuan visualisasi ruangnya. Sebagai gambaran, seseorang ada yang dapat dengan mudah membayangkan objek 3D yang rumit di dalam benak (pikiran)-nya saja, tanpa harus menyediakan secara fisik prototipe objek 3D tersebut. Tapi ada juga yang tidak terbayangkan jika belum melihatnya secara fisik, yang umumnya dapat dibantu dengan adanya bentuk maket tersebut.

Strategi dengan pembuatan maket perlu dipelajari para arsitek karena mereka akan lebih banyak ketemu dengan client yang awam soal perteknikan. Dengan adanya maket, maka rencana arsitek tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh client, sehingga akhirnya dapat disetujui untuk dijadikan proyek konstruksi. Adapun bagi para insinyur, proses tersebut tidak diperlukan karena mereka tidak perlu bertemu dengan client langsung, untuk mempresentasikan rencananya. Para insinyur dalam perencanaan gedung, kebanyakan hanya ketemu arsitek, insinyur lain dan tukang, atau orang-orang yang terbiasa dengan bidang teknik. Jadi pembuatan maket bukanlah sesuatu yang signifikan perlu.

Di sisi lain, insinyur jembatan agak sedikit berbeda. Mereka tidak ketemu arsitek, tetapi langsung pemilik dana, yang kebanyakan bukan orang teknik. Oleh karena itu, dalam usaha mengkomunisasikan idenya, para insinyur jembatan juga memerlukan pembuatan maket jembatan. Sama seperti para calon arsitek di atas.

Jadi sekali lagi, jika diperlukan sarana untuk mengkomunikasikan karya rekayasa ke orang awam, maka pembuatan maket adalah sesuatu yang signifikan adanya. Maket-maket anak mahasiswa dari jurusan arsitektur di atas, rasanya ditujukan untuk demikian juga. Dosennya memintanya sebagai tugas besar tersebut untuk menggali seberapa besar daya imajinatif dan kreatifnya mereka dalam pembuatan disain arsitektur.

Koq kelihatannya tidak seperti itu lho pak Wir. Coba lihat saja judul pameran yang mereka tulis, ada hubungannya lho dengan bidang rekayasa struktur.

Ternyata benar juga. Ini ada pernyataan dari calon arsitek dan gurunya tentang apa-apa yang mereka harapkan dari pameran-pameran maket tersebut.



Jadi maket-maket yang ada fotonya di atas itu bukan sekedar untuk menunjukkan seberapa besar daya imajinasi dan kreatifitas mahasiswanya, tetapi bahkan lebih jauh lagi yaitu untuk menunjukkan bagaimana suatu sistem struktur dengan eksentrisitaspun dapat digunakan untuk menghasilkan sistem (struktur) yang baik pada bangunan tinggi (tall building).

Bayangkan, sangat mengherankan sekali bagaimana bisa para mahasiswa calon arsitek di atas (tentu dengan restu gurunya yang arsitek) dapat dengan bangga menunjukkan kepada publik tentang sistem struktur yang baik pada bangunan tinggi dengan maket-maket yang mereka buat di atas. Saya sangat yakini, itu hanya bisa terjadi jika mereka tidak tahu apa yang mereka sebut sistem struktur tersebut. Bisa jadi yang mereka artikan dengan struktur bangunan adalah hanya sekedar susunan bangunan saja. Jadi yang tidak mengerti tentang arti kata “struktur” ternyata tidak hanya awam, yang mengaku arsitekpun juga ternyata tidak tahu.

Lho koq bisa begitu pak, yang mengajar arsitek senior lho, lulusan luar negeri lagi. Jangan sembarangan menuduh.

Kamu salah, aku tidak menuduh yang mengajar, aku hanya memberi komentar tulisan judul di atas. Tentang maket-maket tersebut aku pada dasarnya kagum, itulah keunggulan pembelajaran arsitek dibanding teknik sipil. Tetapi ketika tahu ternyata itu terkait dengan bidang struktur, nah disitulah aku memberi komentar. Bagaimanapun khan aku mengajar dan menggeluti bidang struktur, jadi bisa aku katakan bahwa maket-maket yang disajikan dan judul pameran yang menggunakan kata “structure and construction” tidak ada kaitannya sama sekali, bahkan sangat menyesatkan. Apalagi jika dipamerkan kepada publik, seperti di lobby B ini.

Coba lihat, pada pameran tersebut juga terdapat poster yang mengungkap interprestasi mereka tentang gaya-gaya yang bekerja pada “struktur” yang mereka design.



Dari aliran gaya-gaya yang mereka sajikan pada poster di atas, dapat diketahui bahwa mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan sistem struktur itu sendiri. Bagaimanapun juga, untuk mengetahui bagaimana aliran gaya-gaya tersebut bekerja maka perlu menguasai ilmu analisa struktur atau structural analysis terlebih dahulu. Tidak bisa sekedar dilihat dan di gambar begitu saja seperti yang terlihat. Pemahaman tentang analisa struktur yang tidak benar akan berdampak pada sesuatu yang bisa membahayakan keselamatan manusia. Ini serius, jadi jangan sok tahu, jika memang tidak tahu, atau dengan kata lain itu tidak profesional (amatiran).

Sabar-sabar pak, itu toh yang membuat hanya mahasiswa, calon arsitek, bukan arsitek sesungguhnya.

Oleh karena itulah menurutku itu bahkan lebih penting dan perlu ditekankan. Adanya kritik yang aku beri ini semasa dia masih menjadi mahasiswa tentu akan sangat berguna untuk mengevaluasi diri dan belajar dengan lebih baik. Jika itu adalah karya arsitek yang sudah jadi, maka hanya satu yang bisa saya sarankan, hati-hati. Jika tidak didukung oleh structural engineering yang baik, maka dapat dipastikan hasil karyanya akan berbahaya atau beresiko tinggi untuk mengalami musibah. Kalaupun didukung oleh ahli struktur yang baik, maka hasil designnya pasti akan lebih mahal, relatif dibanding sistem atau bentuk lain, karena bagaimanapun juga bentuk-bentuk yang ada di maket tersebut tidak sesuai untuk diterapkan pada bangunan tinggi.

Pak Wir, apakah itu tidak bisa diartikan untuk proses pengembangan imajinasi dan kreatifitas mahasiswa, untuk belajar membuat sesuatu yang berbeda, agar tidak sekedar meniru saja. Maklum pak, arsitek khan beda dengan insinyur.

Betul dik. Saya tahu itu, saya menghargai betul apa yang dimaksud daya imajinasi dan kreatifitas bagi seseorang, apalagi bagi calon arsitek. Itu sangat penting. Tanpa itu, anda tidak akan survive nanti. Meskipun demikian, agar anda berhasil maka anda harus berfokus. Tidak asal dapat berimajinasi dan kreatif saja. Meskipun bagi orang awam, kerja seniman dan arsitek itu kelihatannya mirip, yaitu berkaitan dengan rasa keindahan atau pemuasan jiwa, tetapi keduanya tidak sama. Jika sama, maka apa artinya perlu dua istilah.

Bagi seniman, daya imajinasi dan kreatifitas yang dapat diterapkan pada maket misalnya, adalah tidak terbatas. Sebatas maket tersebut dapat dibuat, ya sudah itulah batasnya. Jadi maket yang dibuat seniman adalah final, yaitu untuk dapat dilihat dan dirasakan saja. Sangat jarang sekali maket yang dibuat seniman kemudian dibuat dalam ukuran yang lebih besar secara langsung, pasti memerlukan keterlibatan ahli struktur agar dapat mengaplikasikan secara aman. Lihat saja pembangunan patung Garuda Wisnukencana di Bali.

Kalau arsitek bagaimana pak.

Seperti yang aku jelaskan tentang fungsi maket, yaitu untuk memudahkan arsitek mengkomunikasikan karyanya ke awam (pemilik modal). Jika disetujui maka apa yang dituangkan dalam maket tersebut nantinya akan diterapkan, akan dibangun dan tentunya untuk akhirnya dihuni. Memang nggak semua sih dihuni, misalnya Monas itu, dibangun tidak untuk dihuni.

Menurut kamu, suatu bangunan yang akan ditempati selain keindahan dan menimbulkan rasa wah, maka adakah syarat lain yang harus dipenuhi.

Ada pak, yaitu keamanannya terjamin.

Nah kamu sendiri tahu. Arsitek tidak boleh tutup mata soal itu, boleh saja indah dilihat dan nyaman ditempati, tetapi kalau gempa lalu runtuh. Bagaimana nggak boleh khan.

Jadi ngedisain arsitek, nggak boleh sembarangan seperti seorang seniman ya pak.

Ya memang begitu, itulah disebut arsitek.

Kalau yang bikin maket di atas itu kira-kira arsitek atau seniman pak.

Kamu bisa menilai sendiri. Sudah dulu ya, ini tulisannya sudah terlalu panjang. Bisa ngantuk bacanya. Itulah contoh-contoh bagaimana (ilmu) struktur dipahami oleh orang di Indonesia ini. Jadi kalau ada konstruksi runtuh, baik oleh fungsi, atau bencana alam dan akhirnya dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda tentunya dapat dimaklumi, yang menggeluti ilmu struktur dan mengembangkannya untuk diterapkan dalam kasus nyata ternyata tidak banyak. :(

software 3D yang mana ya ?

Salah satu kolega senior, karena melihat ketertarikan kami di Jurusan Teknik Sipil UPH akan software-software engineering, ingin menghubungkan kami dengan salah satu developer program 3D untuk permasalahan rekayasa teknik.

Developer program tersebut dari manca negara. Harapannya dari kami adalah bahwa JTS UPH mau memakai software tersebut dan menguasainya, sehingga diharapkan dapat menjadi center of excellence di negeri ini. Itu sangat berguna tentunya untuk mendukung service nya nanti, misalnya pelatihan-pelatihan atau yang mirip dengan itu.



Aku akhir-akhir ini tertarik dengan program 3D karena software yang aku pakai untuk penelitian disertasiku adalah bersifat 3D juga. Model dibuat dengan element Solid, dibuat terpisah-pisah sebagai PART yang sederhana dan selanjutnya di ASSEMBLY menjadi suatu model lain yang lebih besar dan rumit. Proses interface-nya benar-benar simple sekali seperti halnya mengubah-ubah benda tersebut sesungguhnya.

Jika dibandingkan dengan program SAP2000, wah ini bukan apa-apanya. Jadi karena terlalu sering makai program 3D yang aku gunakan untuk disertasi maka ketika memakai program SAP jadi kagok rasanya. Koq terlalu sederhana sekali sih interface-nya.

Intinya aku suka sekali dengan era 3D yang dihasilkan oleh program komputer tersebut, yaitu ABAQUS dan SOLIDWORK. Keduanya mirip satu sama lain.

Dengan latar belakang pengetahuan 3D yang aku punyai tersebut maka ketika kolegaku tadi menawariku untuk menjajagi kerjasama lebih lanjut, ya aku setuju-setuju aja.

Selanjutnya agar tidak terlalu bingung nantinya, maka aku mencoba menyelusuri software-software 3D lain di internet untuk mendapat perbandingan apakah jika aku memilih software 3D tersebut apakah akhirnya cukup berharga untuk dikembangkan lebih lanjut.

Ternyata software 3D yang ada, sangat banyak sekali, dan hebat-hebat. Bagi yang belum tahu ini nama program yang ada dan contoh hasilnya.

**1** Autodesk 3ds Max






Sumber gambar dari CG Channel

**2** Rhinoceros







**3** Tekla





**4** StruCAD

**5** Solidworks





**6** SolidEdge

**7** ArchiCAD







**8** Autodesk MAYA





**9** AutoCAD Civil 3D







**10** Revit Architecture from Autodesk



**11** Revit Structure from AutoDesk









**12** Bentley Group

Microstation





Hebat-hebat khan, tapi mana yang cocok untuk diberikan ke level S1 untuk bidang teknik sipil. Nggak gampang bukan ! Bisa-bisa kalau salah milihnya maka investasi waktu yang telah digunakan untuk pembelajaran jadi nggak kepakai. Khan sia-sia.

**mikir berat mode on**

Saya berharap teman-teman yang mengetahui kelebihan dan kekurangan software-software di atas dapat membantu saya dengan sharing pengalamannya. Trims ya.

kurang berilmu

Memang benar juga kata pepatah, “Jaga kata-katamu !“. Yah betul, kata. Jadi nggak perlu sampai mengatakan, kalimat. Memakai kata-kata saja rasanya sudah berdampak besar. Kalau tidak percaya, coba saja (anggap kamunya masih muda, belum menikah dan sedang mencari pacar). Lalu didepan seseorang yang lagi kamu demenin, kamu mendengar langsung dari orang tersebut sebagai berikut : “Nggak, kamu jelek !”.

Pasti deh rasanya tidak terlupakan . Jadi dengan begitu kamu bisa merasakan juga, ada kemungkinan apa yang kamu ucapkan sesuatu saat nanti juga dapat membuat kesan seumur hidup bagi seseorang. Hati-hatilah dengan kata-kata yang disampaikan, karena dibalik itu semua, tersembunyi segunung besar makna di belakangnya.

Itu tadi hanya contoh lesan, apalagi jika kata-kata tersebut dituliskan. Maklum, suatu tulisan khan bisa mempunyai usia yang relatif panjang dibanding kata-kata yang terucap (lesan). Bahkan ada yang mengatakan, jika ditulis dan disimpan dengan baik, maka kata-kata yang merupakan segunung besar makna tersebut dapat menjadi abadi.


Dalam minggu-minggu terakhir, banyak peristiwa yang aku lewati. Ada yang membanggakan untuk diceritakan, tapi banyak juga yang membuat prihatin.

Jadi kalau begitu, yang ingin bapak tulis, yang membuat bangga atau yang membuat prihatin ?

Itulah. Dari segi ego pribadi ada keinginan menuliskan peristiwa yang membanggakan tersebut, tetapi jika demikian kesannya koq narsis atau sombong atau semacamnya. Jadi yang membuat aku prihatin saja yang ingin aku angkat pada tulisan ini. Siapa tahu ini menjadi suatu wawasan baru bagi pembaca, sehingga dapat terjadi urun rembug untuk menyelesaikan masalah yang aku prihatinkan tersebut.

Apa yang aku tulis ini juga dimulai dari suatu kata-kata yang membuatku tergerak. Kata-kata yang dimaksud, bukan seperti kata di atas tentunya, yang memang signifikan bagi anak-anak muda. Kata-kata seperti di atas, jika diucapkan bagiku, pasti nggak akan ngaruh. Bahkan sekarang, dengan rambut yang bertambah tipispun, kata-kata tadi tidak akan membuatku minder, situasinya bahkan masih lebih pede dibanding jika mendengarnya dua puluh tahun yang lalu, yaitu ketika rambut masih berjambul kayak Tintin. :)

Maklum, aku bukan seorang artis, jadi dinilainya bukan semata-mata dari fisiknya. Jalan hidup yang aku tempuh, yaitu menjadi guru, memungkinkan suatu saat nanti, meskipun sudah renta, dengan kata dan pilihan yang kuambil masih memungkinkan untuk mendapat hormat dari orang lain. Aku yakin itu. So, kata yang kumaksud, adalah kata “kurang berilmu“.

Maklum, aku khan dosen. Jadi coba saja pergunakan kata tersebut pada seseorang yang berprofesi dosen : “bapak kurang berilmu ya !” Apalagi di depan umum, wah pasti deh. Ramai !

Tapi untungnya saja, kata-kata yang aku dengar itu bukan ditujukan kepadaku. Tahu sendiri, pasti akan aku siapkan argumentasi panjang untuk mematahkannya. Bisa-bisa kelihatan, siapa yang kurang berilmu. :)

Lho kalau begitu bapak berilmu ya ?

Inipun rasanya juga tidak gampang menjawabnya. Sebagaimana kata kurang berilmu atau tidak berilmu. Pernyataan seperti itu sebenarnya susah mendeskripsikan secara jelas. Itu sangat subyektif, hanya kulminasi dari bentuk ketidak-percayaan kepada seseorang. Bayangkan saja, apakah kalau sudah mempunyai gelar sarjana, lalu dapat dikatakan bahwa yang bersangkutan sudah berilmu. Juga tentu sebaliknya, apakah jika tidak punya gelar sarjana, lalu tidak berilmu. Itu sangat tergantung konteks. Jadi hati-hatilah memakai kata tersebut.

Kasus pertama datang dari salah satu mahasiswa. Nggak tahu kenapa, mungkin karena yang bersangkutan tidak diluluskan, atau apa. Mahasiswa tersebut mengatakan, bahwa dosen yang mengajarnya tidak bermutu: “Pak, dosen yang mengajar mata kuliah ini kurang berilmu lho pak, kuno !“.

Sebagai seorang dosen juga, tentu aku tidak terpancing untuk langsung mempercayainya. Maklum, sebagai sesama dosenpun tidak gampang untuk menilai kompetensi dosen yang lain. Apalagi jika ilmunya tidak sebidang. Kalau sebidang, mungkin dari diskusi ilmiah atau membaca tulisannya, bisa dengan mudah mengenalinya. Memang sih, kalau dosen tersebut hanya mengajar saja, nggak pernah membuka diskusi ilmiah atau menulis. Tentu akan susah.

Jadi kalau pak Wir ini, yang suka membuka diskusi ilmiah dan menuliskannya di blog ini, maka orang-orang lain dengan ilmu yang sama dapat dengan mudah menilai kadar ilmunya ya ?

Memang dik, mempunyai blog yang mengungkapkan artikel dengan latar belakang pekerjaan atau bidang ilmu yang digelutinya memang beresiko tinggi.

Tulisan adalah bentuk representatif pikiran atau wawasan seseorang. Jadi adanya bukti tertulis seperti itu, maka orang lain dengan ilmu yang sama akan dengan mudah mengetahui : seberapa dalam ilmu penulisnya.

Padahal tahu sendiri khan, mana ada institusi pendidikan mau menggaji orang dengan ilmu yang segitu-segitu. Kalau bisa cepat-cepatlah mempensiunkannya. Cari dosen lain dengan gelar sama, atau lebih tinggi, yang dapat mengangkat nama institusi yang dimaksud. Ingat, reputasi bagi suatu institusi pendidikan khan sangat penting. Sekali jatuh reputasinya, seperti misalnya mahasiswanya banyak yang jadi joki, tapi suka nyontek. Biasanya akan diragukan kualitasnya.

Itulah salah satu alasan, mengapa tidak banyak dosen atau guru yang mau menulis. Bisa “kelihatan” dia. :)

Tetapi sebagai seorang guru, yang merasa bahwa jalan kehidupannya adalah bukan karena usahanya sendiri. Maklum, waktu lulus S1 merasa sudah jadi insinyur perencana gedung-gedung tinggipun rasanya sudah puas, bahkan tidak membayangkan pula dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan tertinggi di universitas. Maka adalah suatu kewajaran jika merasa bahwa kehidupan guru yang dijalaninya saat ini adalah suatu tugas, bukan sekedar untuk mencari sesuap nasi. Merasakan semua yang sedang dijalaninya itu adalah tidak sendirian saja, ada suatu backup yang bernuansa ilahi yang selalu menyertai dan melindungi.

Dengan perasaan seperti itu, maka rasanya bukanlah suatu beban untuk menjadi ”terlihat” oleh banyak orang. Itulah mengapa aku tetap santai untuk menuliskan isi pikiranku ke masyarakat (publik).

Bahkan dengan menulis ini, aku merasa itu dapat sebagai alat untuk mendapatkan dukungan dari komunitas. Ilmuku jadi terus berkembang, tidak terbatas pada mata kuliah yang aku ambil dulu saat kuliah. Prakteknya, aku memposisikan diri bukan sebagai guru disegala bidang, yang menguasai segala-galanya. Super. Aku hanya merasa menguasai salah satu bidang ilmu saja, yang memang aku terus tekuni selama bertahun-tahun, yaitu ilmu yang terkait struktur. Jadi dapat dimaklumi jika ada yang bertanya bukan bidang tersebut, maka aku tentu tidak menjawabnya.

Apa nggak malu dianggap nggak bisa pak. Kurang berilmu ! Bapak khan sudah bergelar doktor ?

He, he, nggak dik. Yang namanya doktor-pun juga terbatas. Bidang yang digelutipun juga terbatas. Kata kuncinya adalah fokus. Gitu dik. Profesor juga begitu lho.

Eh, nglantur dik. Mari kita kembali ke pokok masalah, yaitu tentang dosen lain yang dianggap tidak berilmu oleh muridnya. Jadi aku balik bertanya kepada mahasiswa tersebut, apa argumentasi yang mendasarinya sehingga dia dapat mengatakan tidak berilmu. Seperti biasa dalam proses penelitian, maka langkah pertama adalah mendeskripsikan masalah.

Ternyata, mahasiswa yang bersangkutan telah siap dengan argumentasi mengenai dosen yang kurang berilmu tersebut. Kira-kira ini daftar alasan yang mereka siapkan :

  • Interaksi dosen-mahasiswa yang kurang pada saat pembelajaran di kelas : mahasiswa merasa, dosennya hanya menulis dan menulis di white-board. Nggak memperhatikan mahasiswa-mahasiswa di kelas. Nulis saja katanya, jadi nggak tahu kalau mahasiswanya banyak yang membuka laptop, facebook-an.

  • Materi out-of-dated: mahasiswa merasa ilmu yang dosen sampaikan kepada mereka sudah usang. Dibilangnya, materinya dari tahun ke tahun adalah sama.

  • Sampai titik koma diperhatikan : mereka mengatakan kalau ujian, jawabannya harus plek, sama persis dengan tulisan dosennya. Bahkan sampai titik koma. Jadi dibilangnya dosennya tidak kreatif.

  • Kalau ujian nggak ngawas dengan benar : dibilangnya jika jaga ujian, dosennya hanya duduk membaca koran. Jadi nggak ngawas dengan benar.

  • Telah menjadi masalah laten : informasi telah ada dari tahun ke tahun, disampaikan oleh kakak-kakak kelas dan di amin-khan oleh adik-adik kelasnya. Jadi minta diganti, bahkan kelihatannya himpunan mahasiswanya mendukung.

Hebat juga ya, ternyata mahasiswaku tadi telah mengidentifikasi masalah-masalah dengan dosen yang dimaksud.

Jadi bagaimapa pak Wir, dosennya diganti ya ?

He, he, he, jika aku menjadi sama menanggapinya seperti mahasiswaku tersebut, maka itu artinya aku masih perlu dididik, dan belum bisa mendidik. :)

Baik, saya mencoba menanggapinya satu-persatu.

Interaksi dosen-mahasiswa, seperti yang disampaikan di atas rasanya bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Bagaimanapun juga, itu merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dipilih oleh dosen. Argementasinya bisa juga, jika omong, maka materinya tidak akan selesai, jadi menulislah, yang mana harapannya mahasiswa juga turut menulis. Ingat menulis adalah salah satu teknik pembelajaran yang hebat. Dengan cara seperti itulah aku belajar, jadi dapat dimaklumi jika tulisanku juga banyak, tetapi tidak di papan tulis. Maklum tulisanku di papan tulis, jelek. :)

Memang sih, itu menjadi kasus per kasus tinjauannya. Tentang hal itu, aku jadi ingat perkataan prof Harianto berkaitan dengan cara mengajar prof Soemono di ITB. Katanya juga seperti itu. Bukan suatu masalah itu. Kalau aku sendiri, mencoba berhadapan langsung dengan mahasiswa. Mencoba melihat, bagaimana interaksi yang terjadi, jadi dapat dimaklumi jika ternyata melihat aku mencoba menjelaskan sesuatu, yang memang ketahuan tidak memerlukan komputer. Maka ketika lihat ada mahasiswa di belakang membaca komputernya, maka aku menegornya. Kalau nggak mau, saya persilahkan mereka keluar kelas. Biasanya prosesnya aku sampaikan tanpa emosi.

Materi out-of-dated, ini juga suatu komentar yang kebangetan. Hebat juga mahasiswa yang bersangkutan dapat memberi komentar seperti itu. Ingat, ini khan materi civil engineering, yang materinya sendiri tidak banyak diungkap di media massa. Kalaupun ada di internet, belum tentu sama tujuannya jika dipakai untuk pembelajaran. Materi lama yang diajarkan dosen tidak mesti harus dikatakan out-of-dated . Aku sendiri kalau mengajar analisa struktur dan semacamnya, khususnya cara klasik, masih memakai materi yang ditulis di awal abad 19. Bayangkan itu. Apa itu kemudian dapat dianggap out-0f-dated.

Ingat, tujuan belajar di perguruan tinggi adalah mendapatkan basic knowledge yang kuat, jadi belum tentu materi tersebut sekarang digunakan dalam praktek, misalnya saja apakah cara Metode Cross masih dipakai di konsultan. Tidak bukan. Tapi mengapa itu masih perlu dipelajari di tingkat perguruan tinggi. Itu perlu, karena materi tersebut cukup sederhana untuk dicerna oleh pikiran. Coba kalau semua pakai yang berbasis komputer. Saking kompleksnya dan banyaknya materi tersebut, maka pengetahuan yang didapat hanya cukup untuk bisa jadi operator komputer saja lho, jika itu diajarkan sebagai materi pengajaran di level perguruan tinggi. :)

Sampai titik koma diperhatikan. He, he, ini juga alasan yang mengada-ada. Tempo hari, kajur berupaya melirik tentang hal itu. Jawaban soal ujian diminta, dan dibandingkan satu persatu. Kayaknya, nggak terbukti itu. Mahasiswa yang menulis, plek, seperti yang ditulis dosen, nilainya biasa-biasa, sedangkan yang berbeda, bisa juga mendapat nilai yang lebih baik. Ini kayaknya, kabar yang selalu dihembuskan oleh anak-anak yang kecewa nggak dapat nilai baik.

Nggak ngawas dengan benar. Ini yang selalu dijadikan alasan mengapa banyak murid mencotek. Kalau hal ini jelas aku pada posisi yang mendukung dosen, dan menyalahkan mahasiswa-mahasiswa yang mencotek tersebut. Gimana tidak, mereka khan mahasiswa, tetapi cara berpikir mereka khan masih seperti anak-anak. Jadi kalau tidak diawasi lalu berbuat curang. Gitu ya.

Terus terang, aku pada prinsipnya juga seperti itu. Pertama-tama aku selalu berpikir positip, bahwa mahasiswa yang berada didepanku adalah jujur, bisa diberi kepercayaan, sampai aku menemukan bukti bahwa yang bersangkutan tidak seperti itu. Jika itu yang terjadi, gampang. Aku coret mahasiswa tersebut di memoriku, kalau ada yang bisa dikasih nilai, aku kasih dia nilai nol. Sampai pada suatu kondisi, bahwa yang bersangkutan menyesali tindakannya. Jika tidak, ya sudah. Nggak ada nama mahasiswa tersebut di ingatanku. Tentang hal itu, sekali lagi, emosi tidak akan aku gunakan. Rugi emosi masuk. Selama dia tidak bisa diberi kepercayaan, bukan siapa-siapa dia. Ekstrim memang. Tapi yah gimana lagi, dalam perjalanan waktu memang terbukti, bahwa tidak semua orang sepakat dengan prinsip-prinsip yang aku gunakan. Ya sudah, itu hak masing-masing. Nggak saling mengganggu lha. Nah sikap seperti itulah, yang aku gunakan juga untuk menghadapi mahasiswa-mahasiswa yang tidak memberi apresiasi positip terhadap tata nilai yang aku gunakan.

Konsep kepercayaan penuh ini pula yang menyebabkan kemarin, ketika ada kasus curang yang dilakukan mahasiswa-mahasiswaku, maka aku salah satu yang mendukung penuh dilakukan skorsing tersebut. Bahkan ketika ada pernyataan yang mengatas-namakan mahasiswa-mahasiswa di jurusan tersebut, maka aku mengatakan kepada para pimpinan bahwa cara-cara dukungan berkelompok agar skorsing tidak terjadi adalah sesuatu yang tidak benar dari kaca mata intelektual. Bayangkan saja, aku mencoba membantu atau tepatnya memberi contoh agar bisa hidup mandiri, khususnya di bidang ilmu yang aku ajarkan. Eh, ternyata mereka beraninya berkelompok. Itu khan nggak beda dengan para buruh, yang tempo hari menutup jalan tol agar aspirasinya di dengar. Itu akan menuju pada usaha-usaha yang mengarah pada kekerasan fisik. Jadi jika hal itu dipenuhi, maka jelas itu suatu kemunduran bagi jurusan tersebut. Ini suatu hal yang serius jika kehidupan intelektual perlu dikembangkan di Jurusan kita.

Jadi intinya, tidak ada alasan apapun yang memungkinkan melegalkan suatu pelanggaran etika dan moral.

Telah menjadi masalah laten. Jika hal-hal di atas telah terjadi sebelumnya. Padahal masalah itu bukan suatu masalah yang dapat digunakan untuk memberi sanksi bagi dosen tersebut. Lalu gimana. Iya khan.

Kalau pihak jurusan lalu menerima usulan di atas, ini tentu akan berbahaya bagi kelangsungan kemandirian pendidikan. Maklum, jurusan hanya berisi dosen-dosen “yang diterima” mahasiswa saja.

Lho khan memang begitu pak. Mahasiswa itu khan client suatu perguruan tinggi. Sumber duit. Jika tidak seperti itu, maka nanti nggak ada yang masuk lho pak. Kalau nggak ada duit, bapak dibayar dari mana.

Itu memang kita sadari dik. Tetapi seperti pepatah jawa, ngono yo ngono, tetapi ojo ngono. Kalau itu saja yang dikedepankan, maka bisa-bisa akan terjadi jualan ijazah. Menjalankan suatu perguruan tinggi, memang dibutuhkan ketrampilan bisnis, tetapi ada rambu-rambu yang berbeda dengan bisnis biasa. Etika dan moral adalah salah satu yang harus dijunjung tinggi dan utama, jika tidak, maka perguruan tinggi itu akan hancur. Jadi sanksi skorsing yang diberikan itu juga dalam rangka pendidikan, sehingga nantinya ketika mahasiswa tersebut sudah kembali ke masyarakat, mereka akan selalu ingat bahwa melanggar suatu etika adalah sesuatu yang berbahaya. Jadi itu semua juga demi kebaikan kita semua, mahasiswanya juga dan yang lainnya.

Wah membahas satu kasus saja, lama banget ya. Padahal ada kasus lain yang menyangkut kurang berilmu yang perlu diungkapkan.

Kasus kedua, sekarang datang dari antar dosennya sendiri. Jadi begini, ada satu dosen yang bergerilya kasak-kusuk bikin pernyataan atau semacamnya, yang intinya dianya meragukan mata kuliah tertentu yang diberikan oleh dosen lainnya. Intinya, materi yang diberikan tersebut tidak memadai sehingga dianya sendiri mau membantu jurusan untuk memberikan ilmu khusus berkaitan dengan materi tersebut. Kasarnya adalah dosen A menyebut dosen B kurang berilmu, sehingga dianya menawarkan diri untuk memberi kuliah tambahan untuk mengisi materi yang kurang dari dosen B tersebut.

Seru nggak ini.

Aku bilang kasak-kusuk, karena kelihatannya dianya berani ke orang-orang yang tidak memahami materi tersebut.

Lha dosennya itu sendiri apa memang berilmu pak.

Ha, ha aku juga tidak bisa menjawab dengan baik. Maklum, kalau belum pernah duduk di depan kelasnya rasa-rasanya nggak akan tahu apa kompetensi yang dimilikinya. Gimanay ya, kecuali di depan kelasnya, orang nggak akan tahu ilmu apa yang dimilikinya. Nggak pernah dianya bikin tulisan yang membahas materi keilmuan yang dimilikinya. Mungkin pernah, hanya jelas nggak sembarang orang bisa membacanya, termasuk aku. Hanya sesumbarnya saja yang pernah aku dengar, yang intinya ingin menyatakan bahwa ilmunya sangat lengkap,sehingga alumni yang sekarang malang melintang di dunia kerja, dan sukses adalah karena ilmu yang diajarkannya, katanya. Benar atau tidak, aku nggak ngerti.

Masalah yang timbul sekarang, adalah bahwa materi tambahan yang diberikan itu dapat menyinggung dosen aslinya, yang jelas-jelas dari segi formal dan sebagainya adalah di atas dia. Itu bisa terjadi karena pimpinan yang ada seakan-akan memberi restu pada dosen yang bikin kasak-kusuk tersebut. Ini kayaknya kalau nggak dicegah bisa menjadi presenden buruk lho. Kalau diteruskan bahkan bisa ketahuan nantinya, siapa sebenarnya yang kurang berilmu. He, he kesempatan jeruk menguji jeruk. :)

Tunggu saja tanggal mainnya ya.

Kasus ketiga. Ini seru juga. Ini pada level praktisi. Aku mendapat kabar, lagi-lagi selalu lesan, yang menyatakan bahwa ada suatu struktur bangunan yang roboh. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut dinyatakan bahwa salah satu penyebab utama kegagalan bangunan itu adalah karena dirancang oleh orang-orang yang kurang berilmu. Jadi tepatnya begini, ada pernyataan bahwa bangunan itu roboh karena dirancang oleh insinyur yang kurang berilmu.

Pak, apakah yang ngomong seperti itu adalah insinyur ?

Bukan dik. Omongan seperti itu aku dengar dari orang yang bukan dalam kapasitas sebagai insinyur. Tapi kayaknya orang tersebut terkesan sekali dengan pendapat dari orang-orang yang bertugas meneliti bangunan roboh tersebut, yang menyatakan karena kurang berilmu itu tadi dik. Jadi dia mengulangi lagi pernyataan tersebut.

Terus terang, sampai detik inipun aku juga belum bisa memahami apa yang dimaksud dengan kurang berilmu tersebut.

Bingung juga, apa dasar yang menyebabkan para peneliti tersebut bisa membuat pernyataan “kurang berilmu” tersebut.

Kenapa aku keberatan menerima pernyataan tersebut. Begini dik, definisi berilmu, kurang berilmu dan tidak berilmu itu dari mana. Rasa-rasanya dalam setiap peraturan perencanaan yang dibuat, tidak ada pernyataan yang mengarah ke situ. Tidak ada suatu klausul yang mengarah bahwa yang merencanakan suatu struktur tertentu adalah harus level doktor atau profesor. Nggak ada itu.

Pak wir, berani nggak kalau jadi peneliti tersebut bikin pernyatan seperti itu.

Yah jelas nggak dong. Pernyataan seperti itu tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Itu suatu pernyataan politik. Retorika. Aku kuatir, yang menyatakan itu sebenarnya juga tidak tahu apa yang dimaksud. Seorang perencana dapat langsung dinyatakan salah, hanya jika terbukti membuat suatu perencanaan yang melanggar code atau peraturan-peraturan yang ada. Atau juga, ketika dilakukan hitungan ulang oleh insinyur lain yang dianggap lebih mumpuni dapat terbukti bahwa hitungan yang dibuatnya terdapat kesalahan prinsip, atau ada hal-hal yang lupa dipertimbangkan, atau kalaupun sudah dipertimbangkan tetapi tidak memadai berdasarkan peraturan yang ada.

Jadi nggak relevan menyatakan bahwa suatu struktur tidak memadai karena dihitung oleh orang yang kurang berilmu. Adapun yang dimaksud kurang berilmu dalam hal ini, misalnya adalah karena menghitung dengan analisa struktur hanya memakai cara manual, cara Cross, sedangkan yang lain yang dianggap berilmu karena memakai (menguasai) program SAP2000, buatan luar.

Jadi hati-hati, apa yang kelihatannya patut dicontoh, ternyata dalam kenyataannya diragukan juga. Wah bagaimana itu. Indonesia. :)