Sample Text

Senin, 21 Mei 2012

Ada Banyak Jembatan Pencabut Nyawa Lho di Indonesia!

13297471881179541120
antaranews.com
Rasanya berita ambruknya jembatan kukar dengan konstruksi kokoh dan dibuat menggunakan teknologi tinggi beberapa waktu lalu, masih begitu segar dalam ingatan. Jembatan yang baru dibangun 10 tahun itu ambruk memakan korban jiwa. Padahal ini adalah jembatan dengan konstruksi canggih, lalu bagaimana dengan jembatan-jembatan gantung yang ada di desa dan tersebar di banyak wilayah di Indonesia? Keadaannya tidak lebih baik.
Teranyar, kasus ambruknya jembatan gantung  yang menjadi sarana penghubung jalan vital kembali terjadi. Kali ini terjadi pada jembatan Cikuda yang menghubungkan kampung Pabuaran kaum Cibanteng, kecamatan Ciampea, dengan dengan kampung Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sekitar 25 orang hanyut terbawa arus sungai Cihideung, 1 ditemukan tewas, 7 bocah dikabarkan hilang terbawa arus. Penyebrang kebanyakan terdiri dari ibu-ibu dan anak kecil. Penyelamatan sempat tertunda karena medan yang terjal. Arus sungai yang pasang dan air dasar sungai yang keruh dan berlumpur. Selain itu medan dalam sungai terdapat palung-palung dan bebatuan yang menyulitkan pencarian dan bisa membahayakan petugas tim SAR.
Ambruknya  jembatan yang dibangun sekitar tahun 2004, diduga karena sebagian kayu dan material bambunya sudah lapuk dan tak layak pakai. Tak kurang dari setahun yang lalu, jembatan gantung tersebut direnovasi untuk perbaikan darurat. Jembatan ini dibuat oleh swadaya masyarakat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat (Jabar) mengimbau masyarakat untuk aktif mengecek kondisi jembatan gantung yang ada di wilayah masing-masing untuk menghindari terjadinya ambruk.
Seperti yang dilaporkan tribunnews.com, di wilayah Aceh saja ada dua jembatan gantung ambruk yakni jembatan Batte Meutudong. Sebuah jembatan berukuran panjang sekitar 10 meter berkontruksi kayu yang terletak di Desa Kuta Tuha, Kecamatan Panga, Aceh Jaya. Jembatan ini mengalami kemiringan akibat telah lapuk. Kondisi tersebut menyebabkan kendaraan roda empat tidak dapat lagi melintas untuk mengangkut hasil tani seperti sawit, karet dan kepentingan lainnya.
Satu lagi jembatan gantung di Desa Asan Krueng Kreh, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara. Akibatnya, akses sejumlah desa di Pirak Timu ke Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara terputus. Karena selama ini banyak warga yang memanfaatkan jembatan tersebut jika ingin ke Lhoksukon.
13297456441133481726Dilansir masih banyak jembatan yang membutuhkan penanganan serius. Dua terdapat di Provinsi Riau, yaitu Jembatan Rumbai Jaya dan Siak III yang bernama resmi Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah. Sedangkan lima lainnya adalah Jembatan Barito di Banjarmasin, Jembatan Mahakam Kota 1 di Samarinda, Jembatan Talumolo di Gorontalo, Jembatan Batanghari di Jambi, dan Jembatan Musi 2 di Palembang.
.
aceh.tribunnews.com
.
Pertengahan Januari lalu juga terjadi ambuknya jembatan gantung Rawayan di wilayah Garut, hingga mengisolir 700 jiwa, di lima kampung Desa Mekarmukti, Cibalong, Kabupaten Garut. Jembatan ini melintasi sungai Cisanggiri. Karena terisolir ini, ratusan murid SD dan SMP tak bisa mengikuti kegiatan belajar.
.
bahu membahu memperbaiki jembatan Rawayan (pikiran-rakyat.com)
13297462141192670873Jembatan gantung  kerap menjadi sarana vital bagi pengguna jalan di desa untuk melintas antar desa. Biasanya jembatan ini menjadi satu-satunya alternatif  fasilitas yang memangkas jarak tempuh yang jauh. Dan seringkali terputusnya sarana jembatan gantung ini mengganggu aktivitas warga sekitar. Perekonomian masyarakat terganggu. Anak-anak tidak bisa berangkat sekolah karena tidak ada akses jalan untuk menuju kawasan kota kecamatan selain memasuki kawasan perkebunan dan hutan dengan jarak tempuh yang kerap lebih jauh. Bahkan kadang mereka  harus turun ke sungai.
Lambannya bantuan pemerintah daerah setempat, seringkali memaksa masyarakat mau tidak mau harus bahu membahu berswadaya mengupayakan perbaikan. Hingga akhirnya dibangun lagi jembatan dengan material seadanya yang tentu saja tak aman dan tak bisa bertahan lama. Kebutuhan mereka menghidupkan perekonomian menjadi salah satu alasan mengapa mereka tak bisa menunggu bantuan lebih lama.
Cerita pilu tentang nasib anak-anak sekolah di pedalaman desa yang sesungguhnya tak jauh dari ibukota, belum lama menjadi sorotan. Mereka anak-anak belia itu harus melewati jembatan-jembatan gantung dengan resiko bertaruh nyawa. Bahkan foto-foto adegan anak-anak sekolah yang melintas di jembatan gantung yang rusak parah ini, diliput kantor berita Inggris Reuters dan media Inggris Daily Mail dengan mengatakan bahwa aksi  mereka mengingatkan pada adegan akrobatik dalam film Indiana Jones. Hingga makin ramailah berita ini diperbincangkan. Duh…betapa memalukan.
1329747531222545512
.
berjibaku bertaruh nyawa demi sekolah (detik.com)
.
Haruskah menunggu jatuhnya korban yang lebih banyak lagi?? Betapa buta dan bebalnya pemimpin negeri ini dan juga para wakil rakyat yang (katanya) terhormat itu, bila mereka masih saja berkutat dengan perbaikan gedung rapat yang sesungguhnya sudah lebih dari cukup memadai. Coba lepas kacamata kudanya pak…sesekali tengoklah kondisi rakyatmu…
.
Salam Prihatin

0 komentar:

Posting Komentar